Recent Posts

Knife Behind the Smile, Gimana Sih Hadapin Teman Model Gini?

15 Juni 2025
Munafik

Sulit banget ya punya temen yang kelihatannya baik banget di depan, tapi ternyata di belakang malah ngomongin atau bahkan ngejelekin kita. Rasanya tuh kayak ditikam tusukan sate bekas qurban kemarin, apalagi kalau orangnya udah kita anggap deket. Pasti kesel dan kecewa banget, iya gak sih?

Awalnya semua baik-baik aja. Ngobrol seru, ketawa bareng, cerita ini itu. Kita pikir, "Wah, nemu nih temen sefrekuensi!". Eh, tiba-tiba denger kabar kalau dia ngomongin kita di belakang. Atau yang lebih parah, malah nyebarin gosip yang enggak bener. Duh, rasanya kayak dunia runtuh. Langsung mikir, "Kok bisa ya? Apa salah gue?"

Baca juga:  Rumah Impianku Tidak Muluk Yang Penting Nyaman

Sebenarnya, ada banyak alasan kenapa orang bisa jadi "baik di depan, gigit di belakang." Mungkin mereka iri, merasa tersaingi, atau bahkan cuma pengen kelihatan keren di mata orang lain dengan menjatuhkan kita. Atau bisa jadi, mereka sendiri insecure dan butuh validasi dengan cara yang salah. Intinya, itu masalah mereka, bukan masalah kita.

Menurut Dr. Susan Forward, seorang psikolog dan penulis buku Toxic Parents: Overcoming Their Hurtful Legacy and Reclaiming Your Life, orang-orang yang menunjukkan perilaku toksik seringkali memiliki isu internal yang belum terselesaikan.
Mereka mungkin merasa tidak aman, iri, atau mencoba mengendalikan orang lain untuk merasa lebih kuat.

Perilaku "menggigit di belakang" ini seringkali merupakan manifestasi dari ketidaknyamanan diri mereka sendiri, bukan tentang kekurangan pada dirimu.

Lantas, gimana dong kalau udah kejadian? Yang pasti dan bijak, jangan langsung emosi. Coba deh dengerin dulu klarifikasinya kalau memang ada kesempatan. Siapa tahu ada salah paham.

Tapi, kalau memang jelas dia yang salah, jaga jarak itu penting. Bukan berarti musuhan total, tapi kurangi intensitas interaksi dan jangan terlalu banyak buka diri lagi. Prioritaskan dirimu. Lingkungan pertemanan yang sehat itu penting banget buat mental kita. Jadi, kalau ada yang toksik, jangan ragu buat menjauh pelan-pelan.


Dr. Susan Forward juga menekankan pentingnya menetapkan batasan yang sehat dengan orang-orang toksik. Ini bisa berarti mengurangi kontak, tidak membagikan informasi pribadi, atau bahkan mengakhiri hubungan jika dampaknya terlalu merusak. Ingat, kamu berhak punya temen yang tulus dan lingkungan yang mendukung, bukan malah menjatuhkan.

Sudah siap untuk membersihkan lingkaran pertemananmu dari "pisau-pisau" tak terlihat itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar