Di era digital, internet menjadi sumber informasi utama. Internet menawarkan kecepatan dan cakupan luas. Meski demikian, jangan lupakan nilai tak tergantikan dari buku, karena informasi dari buku seringkali lebih mendalam, terverifikasi, dan komprehensif.
Buku melalui proses editorial yang ketat, memastikan akurasi dan keandalan. Penulis buku biasanya adalah pakar di bidangnya, menyajikan argumen yang terstruktur dan didukung oleh riset. Hal ini berbeda dengan internet yang memungkinkan siapa saja mengunggah informasi, tanpa jaminan validitas.
Selain itu, membaca buku juga melatih fokus dan pemikiran kritis. Alur cerita dan argumen yang berkesinambungan dalam buku mendorong pembaca untuk merenung dan menganalisis, tidak sekadar menelan informasi secara instan. Ini membangun pemahaman yang lebih kokoh dan perspektif yang lebih matang.
Menurut filsuf dan astronom perempuan pertama Indonesia, Karlina Supelli, supaya otak tajam dan sadar perlu makanan yang kaya dan menantang, asupan itu berasal dari buku.
"Membaca buku bukan sekadar menyerap informasi, tapi menciptakan dialog batin antara pikiran kita dan pemikiran penulis. Itulah yang mengasah ketajaman berpikir."
Meski internet tetap krusial, kombinasi keduanya adalah pilihan yang terbaik. Gunakan internet untuk akses cepat dan informasi terkini, tetapi sandarkan diri pada buku untuk pengetahuan yang lebih mendalam, terpercaya, dan membangun dasar pemikiran yang kuat. Buku bukan hanya kumpulan kata, melainkan jendela menuju pemahaman yang lebih utuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar