Mengisi sisa waktu pulang kondangan dari rumah saudara di daerah Sunter, kami sempatkan kunjungi salah satu tempat yang kental dengan atmosfir tempo dulu di wilayah Jakarta Barat, Kota Tua.
Kota yang menyimpan banyak cerita di balik megahnya bangunan tua, sebagai cagar budaya peninggalan masa lalu dari zaman kolonial Belanda.
Setelah memarkir kendaraan di pinggiran Kali Besar, kami rombongan (mertua, pakle Daroli, Om Lakson, Nyonya Tuti, Raffi, dan si bontot Fathan) berjalan menyusuri gang menuju lapangan Museum Fatahilah.
Di sepanjang jalan kanan kirinya dipenuhi para pedagang yang berjualan bermacam-macam assesoris seperti miniatur, gantungan kunci, lukisan, baju dan kaos serta masih banyak lagi yang lainnya.
Di area seluas 1.3 km persegi ini, kalangan muda mendominasi. Terutama yang berkumpul di depan museum Fatahilah. Terlihat mereka saling berfoto, wefie, selfie, maupun foto dengan para manusia patung.
Sementara banyak orang berebut berfoto dengan manusia patung, anakku Raffi justru lebih memilih berfoto dengan binatang melata ular sanca, katanya untuk uji nyali 😎.
Selain itu, ada juga sepeda ontel tua yang bisa dijadikan objek foto yang sangat bagus. Ontel ini tarifnya dihitung berdasarkan lamanya menyewa, Rp. 20.000 – 30.000 dan harga tersebut masih bisa ditawar.
Tidak banyak yang berubah dari Kota Tua, tempat wisata yang sering dijadikan lokasi untuk foto prewedding ini. Paling di beberapa titik sedang mengalami perbaikkan. Dan peraturan pun mulai diperketat, salah satunya pengunjung tidak boleh naik ke atas meriam.
Mengunjungi Kota Tua, selain anak-anak bisa belajar secara langsung peninggalan bangsa Belanda, juga cocok buat refreshing orang tua, biar awet muda..😃
Tidak ada komentar:
Posting Komentar